Khutbah Hari Raya Qurban, oleh: Dr. H. Mardjoko Idris, M. Ag

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونكبره ونقول الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد. الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا . الحمد لله الذى شرع للناس عيدا مباركا ونعيما مشكورا ويوما مسرورا . والصلاة والسلام على من أرسله الله رحمة للعالمين بشيرا ونذيرا وعلى آله وصحبه ومن تبعه بإحسان الى يوم الدين . اشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له واشهد أن محمدا عبده ورسوله أما بعد :

فيا عباد الله أوصيكم وإياى بتقوى الله لقد فاز المتقون قال الله تعالى : يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin jama’ah shalat ’Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah Swt.

Pujian, sanjungan, dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat, karunia, inayah, dan hidayah-Nya, pada pagi hari ini kita dapat melaksanakan Shalat ‘Idhul Adhâ. Shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa lentera iman, islam, dan ihsan, mengajarkan jalan lurus, jalan yang dapat menghantarkan kepada kedamaian dan keselamatan, bagi siapapun yang mau mengikutinya.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin yang dirahmati Allah

Mulai tadi malam, sejak masuk tanggal 10 Dzulhijjah, gemuruh takbir, tahlil, dan tahmid mengalun dan menggema ke angkasa raya, diucapkan dan didengarkan oleh kaum muslimin di seantero dunia.

Takbir ini akan terus menggema hingga tanggal 13 Dzulhijjah, yaitu hari tasri’ yang terakhir. Keagungan, kebesaran, dan kemuliaan memang hanya milik Allah. Oleh karena itu, tidak selayaknya, kita menyombongkan diri, apalagi kesombongan tersebut terhadap Allah SWT.

Pada pagi hari ini, titik fokus perhatian umat islam di seluruh dunia, tertuju kepada perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim as, dan putranya Nabi Ismail as. Nabi Ibrahim berjuang untuk menjadi-kan agama Tauhid, agama yang hanif, agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian dan nilai-nilai kemanusiaan universal sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Suatu perjuangan yang maha berat di tengah-tengah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebendaan dan materialis yang sering kali menjadi sumber konflik sepanjang kehidupan umat manusia.

Ibadah haji dan ibadah qurban yang dilakukan oleh umat islam, selain sebagai ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga sebagai napak tilas terhadap jejak perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ini mengingat, dalam ibadah haji dan qurban tersebut banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang tinggi, antara lain; Sya’i dan Wuquf di Arafah.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin sidang shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

  1. Sya’i

Salah satu kegiatan dalam ibadah haji adalah sya’i, lari-lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah. Kegiatan ini kalau ditarik garis kebelakang adalah memperagakan kembali peristiwa Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim ketika mencari air minum untuk anaknya Ismail yang kehausan. Dia berlari-lari dari bukit Shafa ke Marwah sampai 7 kali. Kemudian Allah memberikan air segar yang memancar dari celah-celah kedua kaki Ismail.

HIKMAH dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah bahwa untuk mencapai keberhasilan harus dilakukan melalui perjuangan yang keras dan sungguh-sungguh, tanpa henti dengan bertaqwa dan bertawakal kepada Allah SWT, pastilah Allah akan memberikan jalan keluar dan memberikan rizkinya. Sebagaimana disebutkan di dalam al-Quran QS. al-Ankabût: 69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Bangsa dan negara lain yang tergolong sebagai negara maju dan kaya, kemajuan dan kekayaan itu tidaklah diraih seketika, melainkan melalui perjuangan dan proses yang panjang. Akan tetapi dalam kehidupan sekarang ini, banyak orang yang kurang memahami prinsip kerja keras tersebut. Mereka ingin cepat kaya secara instan, potong kompas, bekerja sekali tapi cepat kaya. Oleh karena itu, mereka kemudian melakukan korupsi, manipulasi, dan pratek-prektek kehidupan yang tidak dibenarkan.

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah yang dimuliakan oleh Allah SWT

  1. Wukuf di ’Arafah

Pada tanggal 9 Dzulhijjah, para jama’ah haji melakukan ibadah wukuf di Arafah. Mereka mengenakan pakaian yang sama, selembar kain putih tanpa berjahit, mereka tinggal di tenda yang ber-atapkan kain terpal. Apa yang dapat diambil pelajaran dari wukuf tersebut?

Pakaian seragam merupakan simbol kesamaan derajat di hadapan Allah SWT., bahwa yang membedakan antara manusia di hadapan Allah bukanlah dari asal negara, berbeda ras, berbeda kulit, putih atau hitam, yang kaya dan yang miskin, pimpinan atau karyawan, yang membedakan di antara mereka adalah ketaqwaannya.

Disebut di dalam al-Qurân QS. al-Hujurât :13

يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لتعارفوا

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kebersamaan dalam berpakain juga semestinya dimaknai sebagai sarana memperkokoh persatuan umat islam se dunia, utamanya dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.

Wukuf yang artinya berhenti sejenak, merupakan simbol yang mengandung arti bahwa dalam perputaran kehihupan sehari-hari, orang perlu berhenti sejenak, dalam rangka merenung kembali apa hakekat dan tujuan kita hidup ini. Ada beberapa pertanyaan; Seberapa banyak kita sudah berbuat yang terbaik untuk saudara-saudara kita sesama manusia, untuk lingkungan dan untuk yang lainya?

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah yang dimuliakan oleh Allah SWT

Dari sisi lain, berkumpulnya para hujjaj di Arafah, merupakan gambaran sebagai gladi resik untuk peristiwa gaib yang akan datang, yaitu peristiwa dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar pada hari kiamat, sehingga bertambah yakinlah bahwa hari kiyamat tersebut pasti terjadi.

Arafah adalah padang yang luas, yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung batu. Keadaan Arafah pada hari-hari biasa, sunyi senyap, akan tetapi pada saat pelaksanaan wukuf tanggal 9 (sembilan) Dzulhijjah berubah menjadi lautan manusia. Demikianlah, padang arafah telah menjadi miniatur Padang Mahsyar tempat dimana seluruh perbuatan umat manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Apa yang dimiliki di dunia, segala sebutan, predikat kebanggaan, gelar dan kehormatan, tidak akan memberikan pertolongan sedikitpun nanti di Padang Mahsyar, hanya amal kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah sajalah yang bisa menolongnya.

Disebutkan dalam QS. al-An’âm: 22

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَآؤُكُمُ الَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ

Artinya :

Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?."

Sekali lagi, ingin saya tegaskan, bahwa wukuf di Arafah memberi-kan pengalaman batin yang sangat berharga bagi para hujjaj. Bagi mereka yang dalam melaksanakan ibadah haji dengan iman dan ikhlas, insya Allah akan mendapatkan haji mabrur. Mereka itulah yang akan mendapat pencerahan dalam dirinya, mereka akan semakin arif dan bijaksana dalam memandang kehidupan, mereka akan lebih peduli kepada nasib sesama.

Terhadap jama’ah haji yang demikian, sangat pantas sekiranya Allah SWT menjanjikan kepada mereka tempat kembali, yaitu Jannatul Na’im, surga yang penuh kenikmatan, sebagaimana sabda Rasul Muhammad Saw

وَالحَجُّ المَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ اِلَّا الجَنَّةَ : رواه مسلم

Artinya

Haji mabrur, tidak ada balasan yang layak baginya kecuali surga (HR. Muslim)

الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah yang dimuliakan oleh Allah SWT

Ibadah qurban yang diajarkan Islam berbeda dengan ajaran qurban pada agama dan kepercayaan yang lain. Agama-agama pada zaman Nabi Ibrahim, umumnya merupakan agama demonik, yang mengajarkan qurban dengan manusia sebagai persembahan kepada dewa. Dipercayai bila qurban tidak dipersembahkan, maka dewa akan murka dan menghukum manusia dengan menimpakan bencana, seperti kekeringan dan banjirnya sungai.

Nabi Ibrahim telah mengubah ajaran qurban yang kejam tersebut dengan menyembelih hewan qurban, dan semata-mata ketaatan kepada Allah SWT, dan sekaligus sebagai salah satu bentuk santunan sosial.

Islam yang datang kemudian tetap menerima qurban sebagai bagian dari ajaran agama bidang ibadah. Dalam ajaran islam, qurban mengandung makna spriritual dan sosial.

Qurban memiliki fungsi spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ketaqwaan dan mengingat nikmat-Nya, yang akan sampai kepada Allah bukanlah darah dan dagingnya, melainkan ketaqwaan dari yang berqurban, sebagimana termaktub dalam QS.al-Haj: 37

لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Artinya:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Selanjutnya qurban mempunyai fungsi sosial, yaitu menjadi jembatan integrasi dan solidaritas masyarakat dengan membagikan daging qurban kepada orang-orang yang berhak, seperti disebutkan di dalam al-Quran Sura Haj: 28

الْبَآئِسَ الْفَقِيرَ

Artinya:

(memberi makan kepada) orang-orang yang sengsara dan fakir)

الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah

Ibrahim sebagai seorang pejuang yang tidak pernah gentar terhadap intimidasi musuh, akan tetapi ketika menerima perintah untuk menyembelih putranya, ia sempat guncang, lemah, dan bimbang. Siapakah yang harus lebih dicintai Allah atau anak? Di dalam islam, Peperangan yang terbesar adalah memerangi diri sediri, dan Ibrahim telah lulus dalam memerangi diri sendiri. Dan sebagaimana telah disebutkan, Allah membalas ketaatan Ibrahim dengan mengganti anaknya dengan seekor domba.

Demikianlah Nabi Ibrahim telah menempatkan cintanya kepada anak di bawah cintanya kepada Tuhan Allah SWT.

الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Jama’ah yang dimuliakan Allah, sekiranya kecintaan terhadap materi tersebut tidak diletakkan pada tempatnya yang wajar, niscaya akan menyebabkan sesuatu yang dicintai itu menjadi sekutu bagi Allah, dan akan menyeret manusia kepada kemusyrikan modern. Ketika ini yang terjadi, maka laknat Allah akan ditimpakan dalam wujud penyakit sosial, seperti perjudian, korupsi, suap, pelacuran, dan perbuatan kriminal lainnya.

Untuk itu dan dalam rangka menggapai ketaqwaan kepada Allah, marilah kita lestarikan semangat berkurban sebagai modal dasar dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera, penuh limpahan rahmat, ridha, dan maghfirah Allah SWT.

Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita berdoa, semoga kaum Muslimin yang melaksanakan ibadah haji pada tahun ini diterima pahala hajinya. Bagi yang wafat baik di tanah suci atau di perjalanan dalam melaksanakan ibadah haji, semoga Allah menerima amal ibadahnya dan bagi mereka yang kembali ketanah air, semoga memperoleh predikat haji yang Mabrur. Amin

Mari kita berdoa :

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين حمدا الشاكرين حمدا الناعمين حمدا يوافى نعمه ويكافىء مزيده يا ربنا لك الحمد كما ينبغى لجلال وجهك ولعظيم سلطانك

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي {25} وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي {26} وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي {27} يَفْقَهُوا قَوْلِي

رَّبِّ أَنزِلْنِي مُنزَلاً مُبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ الْمُنزِلِينَ

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَى وَالِدَي وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَآ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرُ

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَآءِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ {180} وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ {181} وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kolom Terpopuler